JAKARTA - Dalam upaya mewujudkan logistik pupuk yang lebih efisien dan mendukung swasembada pangan nasional, Petrokimia Gresik, sebagai bagian dari holding Pupuk Indonesia, terus memantapkan penerapan konsep Pelabuhan Hijau di Terminal Untuk Pelabuhan Sendiri (TUKS). Dwi Satriyo Annurogo, Direktur Utama Petrokimia Gresik, menyampaikan pentingnya optimalisasi Green Port saat menjadi narasumber pada acara "Green Port Award System 2024" yang berlangsung di Kementerian Koordinator Bidang Pangan.
Sebagai perusahaan agroindustri yang mendapatkan mandat dari pemerintah untuk menyalurkan pupuk bersubsidi ke berbagai wilayah Indonesia, Petrokimia Gresik menyadari bahwa pelabuhan hijau merupakan elemen vital untuk memastikan distribusi yang lancar dan efisien, terutama mengingat bahwa wilayah operasi perusahaan melibatkan jalur antarpulau dan internasional. "Aktivitas di Pelabuhan Petrokimia Gresik mencakup antarpulau dan antarnegara. Oleh karena itu, Green Port menjadi kebutuhan yang tidak bisa ditawar lagi untuk mendukung swasembada pangan nasional," ujar Dwi Satriyo.
Konsep Pelabuhan Hijau ini tidak hanya mengedepankan efisiensi dan efektivitas dalam operasional, tetapi juga memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan. Hal ini tercermin dalam sejumlah penghematan yang dicapai, seperti pengurangan biaya proses bongkar muat yang mencapai angka Rp37 miliar setiap tahun, serta penghematan beban energi senilai Rp1,6 miliar.
Penerapan Pelabuhan Hijau oleh Petrokimia Gresik telah diakui secara nasional dan internasional. Pelabuhan ini menerima penghargaan sebagai Green Port Terbaik Se-Indonesia pada tahun 2022. Lebih lanjut, pada 2023, pelabuhan ini menjadi yang pertama di Indonesia mendapatkan Green Port Award System (GPAS) dari APEC Port Service Network (APSN). Pengakuan lainnya termasuk Proper Emas, penghargaan tertinggi dari Kementerian Lingkungan Hidup yang diterima selama empat tahun berturut-turut. "Penghargaan ini menjadi bukti bahwa transformasi menuju pelabuhan ramah lingkungan dapat berjalan seiring dengan peningkatan efisiensi dan produktivitas," tegas Dwi Satriyo.
Petrokimia Gresik menjalankan konsep Pelabuhan Hijau dengan mengembangkan ekosistem digital yang menyeluruh. Berbagai sistem digital diterapkan di pelabuhan ini, seperti Petroport untuk pemantauan dan pelaporan, POIN untuk pencatatan pendapatan, serta E-Posh dan AI CCTV yang mendukung aspek keselamatan dan kesehatan kerja. Selain itu, terdapat Petrostar untuk manajemen kepegawaian serta Promize untuk memantau proyek-proyek pihak ketiga.
Selain digitalisasi, Petrokimia Gresik juga fokus pada dekarbonisasi dengan mengadopsi inovasi ramah lingkungan. Penggunaan kendaraan listrik, pemasangan panel surya, dan penggantian bahan bakar batubara dengan gas alam termasuk dalam strategi tersebut.
Tidak hanya itu, upaya pelestarian lingkungan di area sekitar pelabuhan dilakukan dengan membangun fasilitas pengolahan sampah menjadi paving block dan kompos, serta konservasi mangrove. Area pelabuhan juga ditingkatkan kebersihannya dengan mengelola limbah cair dan sampah domestik, serta mengurangi polusi udara melalui pengendalian emisi gas dan kebisingan.
"Implementasi Pelabuhan Hijau tidak hanya melindungi lingkungan sekitar perusahaan dari pencemaran, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan," pungkas Dwi Satriyo. Upaya ini memberikan kontribusi besar bagi pemberdayaan komunitas lokal dan keberlanjutan industri agro di Indonesia.